KEWIRAUSAHAAN MILENIAL

- 1 Juli 2022, 12:22 WIB
/

 

Indonesia merupakan salah satu negara yang beruntung karena dianugerahi bonus demografi dan kini sedang memasuki masa keemasan tersebut.

Berdasarkan Survey Angkatan Kerja Nasional 2021, saat ini usia produktif mendominasi 274 juta penduduk di dalam negeri.

Mereka di antaranya adalah generasi milenial (24-39 tahun) sebesar 37,37 persen dan gen X (40-55 tahun) sebesar 34,52 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga usia produktif adalah generasi milenial, generasi yang bertumbuh saat teknologi berkembang pesat.

Generasi milenial memiliki karakteristik khusus, potensi besar, dan cara pandang yang unik. Kesemuanya bisa menjadi suatu kekuatan besar bagi suatu negara untuk lebih maju dalam peradaban dan mampu bersaing. Kepada merekalah nasib bangsa ini dipercayakan. 

 

Proporsi generasi milenial di Jawa Tengah lebih sedikit bila dibandingkan secara nasional. Biro Pusat Statistik mencatat lebih dari 9 juta penduduk (24,93 persen) tergolong generasi milenial, mereka yang lahir pada tahun 1981-1996, yang ada di provinsi ini.

Menariknya, jumlah yang hampir sama (25,3 persen) adalah generasi Z, mereka yang saat ini berusia antara 10 hingga 25 tahun. Data tersebut tidak bisa diabaikan begitu saja karena beberapa tahun mendatang, lebih dari setengah penduduk di Jawa Tengah merupakan generasi yang menentukan perekonomian daerah. 

 

Merujuk kepada Bank Dunia (2016), pertumbuhan perekonomian daerah cenderung dipengaruhi oleh pertumbuhan wirausahawan di daerah bersangkutan. Banyak penelitian yang juga mengamini hal tersebut. Sayangnya, rasio kewirausahaan di Indonesia termasuk yang rendah. Di Indonesia hanya 3,47% penduduk yang berwirausaha.

Kondisi ini cukup jauh bila dibanding negara-negara ASEAN, seperti: Thailand (4,26%), Malaysia (4,74%), dan Singapura (8,76%). Sejalan dengan hal tersebut, Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mendorong kaum milenial untuk menjadikan berwirausaha sebagai pilihan strategis, terlebih saat pandemi COVID-19 melanda dunia.

Hanya mereka yang mampu beradaptasi dan terus berinovasi yang dapat bangkit dan pulih dari dampak pandemi. 

 

Sebuah survey yang dilakukan sebelum pandemi, para milenial cenderung untuk mencari pekerjaan setelah lulus kuliah. Keinginan mendapatkan gaji tinggi, merasa lebih bergengsi bila bisa bekerja di perusahaan terkenal, ketakutan menghadapi risiko/ketidakpastian, merupakan alasan-alasan yang mengemuka dari survey tersebut. Tetapi anehnya, saat survey yang sama dilakukan pada masa pandemi, sebagian besar para milenial berencana untuk mencoba berwirausaha setelah lulus kuliah. Mereka menyadari bahwa mencari pekerjaan di tengah krisis adalah tidak mudah. Jadi, mau tidak mau, mereka mempersiapkan diri untuk berwirausaha. 

 

Kedekatan milenial dengan teknologi telah menjadikan mereka lebih siap untuk berwirausaha. Startup Ranking 2020 mencatat bahwa ada 2.195 perusahaan rintisan (startup company) di Indonesia sehingga dinobatkan sebagai salah satu negara dengan jumlah perusahaan rintisan terbanyak di dunia.

Fakta ini menjadi sebuah angin segar bagi Indonesia yang di tahun 2021 lalu diturunkan kelasnya oleh Bank Dunia menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower middle income country).

Padahal setahun sebelumnya, Indonesia dimasukkan ke dalam golongan negara dengan penghasilan menengah ke atas (upper middle income country). Jadi, mempertimbangkan pentingnya hal-hal tersebut, bagaimana menciptakan kewirausahaan milenial di Indonesia? Bagaimana kita mendorong dan mendukung milenial untuk berwirausaha?

Tantangan dan Peluang 

Pandemi telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat modern. Saat ini semua orang, termasuk generasi milenial, ditantang untuk mau berubah.

Perubahan pasti terjadi dan perubahan harus siap dihadapi, apalagi saat seseorang memulai untuk berwirausaha.

Model usaha dan pola lama yang selama ini diterapkan sudah hampir pasti harus beradaptasi dengan kehidupan normal baru paska pandemi.

Dinamika yang semakin cepat dalam bisnis menjadi sebuah tantangan berwirausaha yang harus dihadapi oleh para milenial. 

 

Saat ini kita beruntung dengan kemajuan teknologi di tengah pandemi. Walau kita tidak bisa bergerak bebas seperti sebelumnya tetapi banyak peluang yang tercipta.

Generasi milenial seyogyanya harus jeli melihat dan menciptakan peluang, selanjutnya harus pandai memanfaatkan peluang tersebut. Keraguan akan permodalan dan kekuatiran menghadapi kegagalan harus bisa ditepis oleh para milenial.

Peluang diciptakan melalui kreativitas dan inovasi, bukan hanya menunggu atau sekadar mengikuti tren tanpa bijak mempersiapkan strategi jangka panjang. 

 

Timotius (2022) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengetahuan berwirausaha, orientasi berwirausaha, dan keyakinan berwirausaha berpengaruh positif secara signifikan untuk membentuk pola pikir para milenial untuk berwirausaha.

Bila pola pikir ini telah terbentuk maka akan tumbuh minat mereka untuk berwirausaha. Dukungan keluarga terindikasi memiliki peranan penting dalam kewirausahaan milenial. Namun, dukungan keluarga yang diberikan harus mempertimbangkan karakteristik dan perkembangan psikologis generasi milenial yang unik. 

 

Dalam berwirausaha diperlukan tiga faktor utama, yaitu: kecintaan, kompetensi, dan komitmen. Wirausahawan harus mencintai usaha yang dijalankannya karena setiap proses yang terjadi akan dinikmatinya. Wirausahawan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan usahanya, jangan hanya ikut-ikutan atau terlalu bergantung pada pihak lain untuk menjalankan usahanya tersebut. Komitmen mutlak dimiliki oleh wirausahawan bila ingin berhasil dalam usahanya. 

Jangan cepat menyerah bila menghadapi kendala saat berwirausaha tetapi jalankan dengan penuh keseriusan.

Berwirausaha tanpa kecintaan akan membuat hasil yang ala kadarnya, berwirausaha tanpa kompetensi akan berjalan tanpa arah, apalagi berwirausaha tanpa komitmen hanya akan menjadi sebuah lamunan.

Jadi, rumus sederhananya, bila kompetensi dikalikan dengan komitmen lalu ditambah dengan kecintaan maka akan mencapai hasil yang maksimal. Apakah generasi milenial sudah siap (baca: berani) berwirausaha? Hanya kita yang tahu jawabannya!

 

Dr. Elkana Timotius 

Dosen Teknik Industri

Universitas Kristen Krida Wacana

Disclamer: Tulisan ini bukan sebagai tanggungjawab redaksi Berita Mandalika

Editor: Hayyan


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x