Legenda Danau Asin Pulau Satonda, Air Mata Penyesalan Sang Raja Tambora

- 26 Juni 2024, 21:56 WIB
Pulau Satonda Kabupaten Dompu
Pulau Satonda Kabupaten Dompu /Tangkap layar instagram@widyaindahn/

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Di tengah keindahan alam Nusa Tenggara Barat, terdapat sebuah pulau kecil yang menyimpan legenda dan keajaiban alam yang memikat hati. Pulau Satonda, yang terletak di sebelah barat Pulau Sumbawa, memiliki sebuah danau asin yang unik dan menyimpan cerita mistis yang turun-temurun dari generasi ke generasi.

 

Keunikan Danau Asin Pulau Satonda

Danau Satonda adalah salah satu fenomena alam yang luar biasa. Terletak di dalam kawah gunung purba yang telah mati, danau ini memiliki air yang asin, berbeda dengan danau-danau lainnya yang umumnya berair tawar. Air asin di Danau Satonda konon berasal dari letusan dahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815, yang menyebabkan air laut meluap dan memenuhi kawah gunung di Pulau Satonda.

 

Keasinan air di danau ini juga dikaitkan dengan adanya karang dan koral yang tumbuh di dasar danau, menambah keindahan dan keunikan ekosistemnya. Tetapi, yang membuat Danau Satonda semakin menarik adalah legenda yang menyelimutinya.

 

Legenda Sang Raja Tambora dan Danau Asin

Legenda yang menyelimuti Danau Satonda berawal dari kisah Raja Tambora, seorang raja yang berkuasa di Pulau Sumbawa. Raja Tambora dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, namun ia memiliki satu kelemahan: ambisinya yang besar. Ia bertekad untuk memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Pulau Satonda, sebuah pulau kecil yang dianggap suci oleh penduduk setempat.

 

Raja Tambora mengirim pasukannya untuk menaklukkan Pulau Satonda. Namun, ketika pasukan tiba, mereka dihadapkan pada perlawanan dari penduduk setempat yang dipimpin oleh seorang kepala suku yang gagah berani. Pertempuran sengit pun terjadi, tetapi pada akhirnya, pasukan Raja Tambora berhasil menguasai pulau tersebut.

 

Setelah berhasil menaklukkan Pulau Satonda, Raja Tambora memutuskan untuk tinggal di pulau itu selama beberapa waktu. Suatu malam, saat sedang beristirahat di tepi danau, Raja Tambora mendengar suara tangisan yang memilukan. Suara itu berasal dari seorang gadis muda, putri kepala suku yang gugur dalam pertempuran. Gadis itu menangis meratapi kehancuran pulau dan kehilangan ayahnya.

 

Raja Tambora merasa tersentuh oleh kesedihan gadis tersebut dan mulai menyadari kesalahan dan ambisinya yang telah menghancurkan kehidupan banyak orang. Dalam penyesalannya yang mendalam, Raja Tambora berdoa kepada para dewa untuk memohon pengampunan. Air matanya yang penuh penyesalan jatuh ke dalam danau, dan seketika itu pula, air danau yang tadinya tawar berubah menjadi asin.

 

Misteri dan Keajaiban Alam

Hingga kini, keasinan Danau Satonda masih menjadi misteri yang menarik bagi para ilmuwan dan wisatawan. Meskipun ada penjelasan ilmiah mengenai fenomena ini, legenda tentang air mata Raja Tambora tetap hidup di hati masyarakat setempat.

 

Danau Satonda kini menjadi destinasi wisata yang memikat banyak orang. Keindahan alamnya yang memukau, dengan air danau yang jernih dan pemandangan sekitar yang menakjubkan, menarik perhatian para pengunjung yang ingin merasakan langsung keajaiban alam ini. Bagi mereka yang percaya pada legenda, berkunjung ke Danau Satonda adalah seperti menyentuh sejenak sejarah dan mitos yang mengelilinginya.

 

Mengunjungi Danau Satonda

Mengunjungi Danau Satonda adalah pengalaman yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merenung dan menghargai kisah-kisah dari masa lalu. Akses menuju pulau ini bisa dilakukan melalui perjalanan laut dari Sumbawa, dengan perahu atau kapal yang disediakan oleh penduduk setempat.

 

Sesampainya di Pulau Satonda, pengunjung bisa menikmati keindahan dan ketenangan alam, berenang di danau asin, atau menjelajahi hutan di sekitar kawah. Keunikan dan keajaiban alam Danau Satonda, ditambah dengan cerita mistis yang menyelimutinya, menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Nusa Tenggara Barat.

 

Legenda Danau Asin Pulau Satonda, dengan kisah air mata penyesalan Sang Raja Tambora, tidak hanya memberikan warna pada sejarah tempat ini, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya kebijaksanaan dan kerendahan hati dalam menghadapi ambisi dan kekuasaan. Sebuah cerita yang menyatu dengan alam, membentuk sebuah destinasi yang penuh dengan keajaiban dan makna.***

Editor: Hayyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah