Indonesia Nomor 2 Tertinggi Kasus Tuberkulosis atau TBC di Dunia Setelah India

19 Juli 2023, 06:42 WIB
Ilustrasi. Penyakit tuberkolosis atau TBC di Indonesia nomor 2 di dunia setelah India. /Kemenkes/

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru.

Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru.

Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas.

Baca Juga: Pemancing Hilang di Sekotong Lombok Barat Saat Mengambil Dayungnya yang Jatuh ke Laut

Penderita TBC biasanya juga mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan demam.

Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.

Jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat fatal. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi bagian organ tubuh lainnya.

Seperti, ginjal, tulang, sendi, kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini dinamakan dengan TB ekstra paru.

Baca Juga: BMKG Prediksi Agustus-September Puncak El Nino, Berdampak Ketersediaan Air Bersih dan Kekeringan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pemerintah terus berupaya mempercepat eliminasi penyakit tuberkulosis (TBC) di Tanah Air.

Menurut dia, langkah tersebut dilaksanakan mulai dari menggencarkan surveilans atau deteksi, pengobatan, sampai pemberian vaksin.

Saat ini Indonesia menjadi negara dengan pengidap TBC terbesar kedua di dunia setelah India dengan jumlah kasus diperkirakan mencapai 969.000.

"Di Indonesia diestimasi setiap tahun ada 969.000 masyarakat kita yang terkena TBC dan sampai sebelum Covid-19 paling banyak bisa teridentifikasi 545.000-an,” ujarnya, Selasa 18 Juli 2023.

“Jadi sisa 400.000 itu nggak terdeteksi, padahal ini penyakit menular, bisa menular ke mana-mana," sambungnya dilansir dari PMJ News.

Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin di NTB Meningkat 13,85 Persen

Karena itu, pemerintah sejak akhir 2022 sudah melakukan akselerasi pendeteksian sehingga saat ini bisa mendeteksi sekitar 720.000 pengidap dari sebelumnya hanya sekitar 540.000.

Menkes pun berharap angka itu dapat naik menjadi 90 persen dari estimasi 969 ribu pengidap TBC.

"Sekarang dengan agresivitas dari program pemerintah, naik, yang ketemu atau yang terdeteksi naik menjadi 720 ribu,” ucapnya.

“Kita harapkan sampai 2024 nanti 90 persen dari estimasi yang 969 ribu bisa ketemu atau bisa terdeteksi," tutupnya.***

Editor: Dani Prawira

Tags

Terkini

Terpopuler