Bukan Jarang Sholat atau Kurang Iman, Ini Dia Penyebab Gangguan Depresi dalam Kaca Mata Islam

- 28 Juli 2022, 07:09 WIB
Ilutsrasi penyebab depresi dari kaca mata Islam,
Ilutsrasi penyebab depresi dari kaca mata Islam, / Pixabay/Geralt/

BERITA MANDALIKA – Depresi merupakan kondisi jiwa yang seringkali dibumbui stereotype kurangnya iman dan jarangnya beribadah bagi pengidap.

Penilaian tak berdasar itu tak jarang membuat orang-orang yang berjuang melawan penyakit mental ini enggan meminta bantuan.
Hal itu menjadi permasalahan mengakar yang memiliki dampak signifikan terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim, seperti Indonesia.
Dengan tegas Eks Ketua Komisi Dikbud MUI SU, Prof. DR.H.Ramli Abdul Wahid, MA membantah anggapan demikian.
Seperti halnya dunia kesehatan, ia mengatakan Islam memandang depresi sebagai gangguan jiwa pada seseorang.
Gangguan kejiwaan ini ditandai dengan adanya perasaan menurun, seperti muram, sedih, dan tertekan.
Seluruh emosi itu bisa keluar dalam dosis ringan, berat, bahkan terlampau berat sampai orang yang bersangkutan kalut, gelisah, dan mengamuk meronta-ronta.
Jauh lebih berbahaya dari stress, depresi adalah perasaan sedih atau bingung berlebih sampai hilang kemampuan berpikir serta kesadaran normal.
Dalam beberapa kasus yang ekstrem, depresi dapat menimbulkan niat dan keinginan untuk bunuh diri.
Sedih dalam bahasa Arab disebut huzn, iktiyab, jaz’, faz`. Keempatnya bermakna sama, namun berbeda dalam tingkatan berat dan ringannya perasaan.
Kata huzn diketahui setidaknya muncul 42 kali dalam kalam Allah SWT, yang berarti, Tuhan lah yang menciptakan dan menganugerahkan rasa sedih itu pada manusia.
Dalam buku Psikiater, Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, berjudul, Al Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, terdapat 10 stressor psikososial yang bisa timbulkan depresi.
1. Persoalan perkawinan, seperti pertengkaran, perpisahan, dan ketidaksetiaan.
2. Persoalan orang tua, seperti kemandulan, terlalu banyak anak, dan hubungan tidak baik dengan mertua atau ipar.
3. Hubungan antar personal yang tidak baik, seperti dengan kekasih, teman sekerja, dan dengan atasan.
4. Masalah pekerjaan, seperti pekerjaan yang terlalu berat atau sulit, pekerjaan yang tidak cocok, dan masalah mutasi.
5. Buruknya kondisi lingkungan, seperti pindah tempat tinggal, tidak cocok dengan tetangga, hiruk pikuk, dan perasaan tidak aman.
6. Masalah keuangan, seperti kurangnya pendapatan dibandingkan kebutuhan, terlilit hutang, warisan, dan pemutusan kerja.
7. Permasalahan hukum, seperti terkena tuntutan hukum, penjara, dan ketidakadilan putusan hakim.
8. Perkembangan manusia, seperti masa remaja, dewasa, menopause, dan usia lanjut.
9. Penyakit atau cedera fisik, seperti kecelakaan, bedah, dan aborsi.
10. Persoalan keluarga, seperti hubungan tegang antara kedua orang tua, jarang bertemu orang tua, kehilangan rasa kasih sayang orang tua, atau orang tua yang pemarah dan kasar. ***

 

Editor: Abdul Karim

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah