Sejarah Awal Masuknya Agama Islam di Tanah Mbojo Bima

26 Juni 2024, 20:22 WIB
Uma Lengge, Rumah Tradional Khas Suku Mbojo /Tangkap layar instagram @mbojobackpacker_/

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Tanah Mbojo, yang dikenal sebagai wilayah Bima di Nusa Tenggara Barat, memiliki sejarah panjang dan kaya, termasuk dalam perjalanan penerimaan agama Islam. Sejarah ini dipenuhi dengan kisah-kisah menarik tentang bagaimana Islam diperkenalkan, diterima, dan berkembang menjadi agama mayoritas yang mempengaruhi budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Bima.

 

Awal Mula Penyebaran Islam

Islam mulai masuk ke Tanah Mbojo pada abad ke-17. Pada saat itu, Bima masih merupakan kerajaan yang kuat dengan sistem kepercayaan lokal yang berakar dalam budaya dan tradisi setempat. Sejarah mencatat bahwa proses islamisasi di Bima dipengaruhi oleh dua jalur utama: perdagangan dan dakwah.

 

Peran Pedagang dan Ulama

Pedagang Muslim dari berbagai wilayah, termasuk Makassar, Jawa, dan Gujarat, memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Bima. Mereka tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk lokal. Kejujuran dan etika perdagangan yang diterapkan oleh para pedagang Muslim ini menarik perhatian masyarakat Bima, yang kemudian tertarik untuk mempelajari ajaran Islam lebih lanjut.

 

Selain pedagang, para ulama dan mubaligh juga memiliki peran signifikan dalam penyebaran Islam. Mereka datang ke Bima dengan tujuan untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam. Salah satu tokoh penting dalam proses islamisasi Bima adalah Syekh Abdul Kadir Jailani, seorang ulama dari Minangkabau yang dikenal karena keilmuannya. Beliau menetap di Bima dan mendirikan pusat-pusat pengajaran agama, yang kemudian menjadi tempat belajar bagi masyarakat setempat.

 

Konversi Raja Bima

Proses islamisasi di Bima mencapai puncaknya ketika Raja Bima, Sultan Abdul Kahir, memeluk agama Islam pada tahun 1640. Keputusan sang raja untuk masuk Islam menjadi titik balik penting dalam sejarah Bima. Setelah memeluk Islam, Sultan Abdul Kahir mengganti namanya menjadi Sultan Abdul Kahir I, dan mulai menerapkan hukum-hukum Islam dalam pemerintahannya.

 

Konversi Sultan Abdul Kahir membawa dampak besar terhadap penyebaran Islam di Bima. Sebagai seorang pemimpin yang dihormati, langkahnya diikuti oleh keluarga kerajaan dan masyarakat luas. Sultan juga mengundang ulama dari berbagai wilayah untuk datang ke Bima dan membantu menyebarkan ajaran Islam. Pada masa pemerintahannya, dibangunlah masjid-masjid dan pusat-pusat pendidikan Islam yang menjadi fondasi kuat bagi perkembangan Islam di Bima.

 

Integrasi Islam dalam Budaya Lokal

Salah satu hal yang menarik dari proses islamisasi di Bima adalah bagaimana ajaran Islam berintegrasi dengan budaya lokal. Meskipun menerima ajaran Islam, masyarakat Bima tidak sepenuhnya meninggalkan tradisi dan adat istiadat mereka. Sebaliknya, mereka menemukan cara untuk menggabungkan nilai-nilai Islam dengan praktik-praktik budaya lokal.

 

Contohnya, upacara-upacara adat seperti "maja labo dahu" (kearifan lokal Bima) disesuaikan dengan ajaran Islam. Dalam upacara ini, nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, dan kerendahan hati ditekankan, tetapi tetap dijalankan dalam kerangka budaya Bima. Integrasi ini menciptakan harmoni antara agama dan budaya yang masih dapat dilihat hingga saat ini.

 

Pengaruh Islam dalam Kehidupan Masyarakat Bima

Seiring berjalannya waktu, Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bima. Nilai-nilai Islam mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk sistem pemerintahan, hukum, pendidikan, dan adat istiadat. Tradisi-tradisi Islam seperti perayaan Maulid Nabi, Idul Fitri, dan Idul Adha menjadi bagian dari kalender budaya Bima.

 

Selain itu, banyak tokoh ulama yang muncul dari Bima dan berkontribusi dalam perkembangan Islam di Indonesia. Pendidikan Islam juga berkembang pesat, dengan berdirinya pesantren-pesantren yang mendidik generasi muda Bima dalam ilmu agama.

 

Sejarah masuknya Islam di Tanah Mbojo Bima adalah kisah tentang penyebaran agama yang penuh dengan ketekunan, kebijaksanaan, dan integrasi budaya. Dari peran pedagang dan ulama hingga konversi Raja Bima, perjalanan islamisasi di Bima menunjukkan bagaimana Islam dapat diterima dan disesuaikan dengan tradisi lokal. Hingga kini, Islam tetap menjadi bagian penting dari identitas dan kehidupan masyarakat Bima, mencerminkan sejarah yang kaya dan beragam.***

Editor: Hayyan

Tags

Terkini

Terpopuler