Petani Milenial Bisa Ambil Peran Untuk Jaga Ketahanan Pangan di NTB, Agrowisata Solusinya

1 Juni 2023, 10:23 WIB
Ilustrasi sensus pertanian /Bps NTB/

 

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat (BPS NTB) bakal mengadakan sensus pertanian mulai 1 Juni - 30 Juli 2023 mendatang.

 

Kegiatan sensus pertanian diamanatkan undang-undang, Nomer 16 tahun 1997 tentang statistik, yang di dalam undang-undang tersebut diamanatkan tentang menyediaan statistik dasar.

 

Statistik dasar dilaksanakan secara sensus dan ada 3 sensus, sensus penduduk, sensus pertanian, sensus ekonomi.

 

Selain diamanat undang-undang, sensus pertanian juga himbauan dari Organisasi Pangan dan Pertanian dunia dikenal dengan nama Food and Agriculture Organization (FAO)

 

"Jadi FAO menyampaikan kepada negara anggotanya melaksanakan sensus pertanian dari tahun 2016 sampai tahun 2023. Itu sudah ada dilaksanakan," kata Kepala BPS Provinsi NTB, Wahyudin di Mataram (01/06).

 

Tujuan sensus ini untuk menggumpulkan data yang lebih komprehensif sesuai dengan pertanian dan juga untuk menjawab untuk isu-isu global maupun nasional terkait dengan pertanian dan pangan. 

 

"Sekarang sudah ada isu-isu dengan kerawanan pangan di dunia ini, bahkan ada 19 ribu orang perhari meninggal akibat kerawanan pangan," katanya.

 

Soal isu pangan ada 3 yang biasa dibicarakan, ketahahan pangan, ketersediaan dan juga sustainably.

 

Kaum milenial juga bisa ikut berperan untuk terlibat soal urusan pangan di Indonsia.

 

Menurut Wahyudin, ada banyak sarjana pertanian yang enggan terlibat dalam pertanian lantaran pertani cukup identik dengan sawah dan lumpur.

 

"Yang sekarang ini banyak sarjana pertanian kita, ndak mau kerja di pertanian padahal ndak seperti itu. Bisa aja kita menjadi komandan di situ," katanya .

 

Ada banyak yang bisa dilakukan petani milenial sekarang, seperti membuat dan berkecimpung ke agrowisata. 

 

"Dan juga pertanian modern yang sering pakai tenda, contohnya di Kebun Ayu agrowisata, bisa jadi desa wisata," katanya.

 

"Itulah sekarang pertani millenial harus masuk ke situ, jadi ndak harus berjibaku dengan turun ke sawah dengan lumpur-lumpur."

 

Hal ini bisa dilakukan dan dikembangkan petani milenial dan tidak berpikir melulu menjadi petani harus terkena lumpur atau ke sawah. ***

Editor: Hayyan

Tags

Terkini

Terpopuler