Network
MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Di peradaban Suku Sasak, di antara perbukitan yang menjulang di Lombok Timur, terhamparlah sebuah maha karya arsitektur yang menyatu dengan alam, Desa Adat Limbungan. Tersembunyi di Desa Perigi, Kecamatan Suela, desa ini membuka pintu ke zaman kuno dengan sentuhan modernitas yang tipis, menggoda penasaran setiap pelancong yang berani menyusuri lorong waktu.
Desa Adat Limbungan, dengan dua kompleks pemukiman Limbungan Barat dan Limbungan Timur, adalah perwujudan keindahan yang mengakar dalam tradisi.
Rumah-rumah yang tegak tanpa jendela menciptakan kesan mistis yang mengelilingi. Menurut cerita turun-temurun, keunikan ini lahir dari kearifan leluhur, di mana menghadapkan rumah tanpa jendela ke dinginnya dataran tinggi bisa menjadi benteng alami melawan elemen.
Material alam menjadi jiwanya, dari tanah liat yang menjalar di lantai hingga kayu yang kokoh sebagai tiang penyangga.
Serat bambu yang bersatu dalam dinding, dan atap rajutan alang-alang memayungi rumah-rumah ini dengan sentuhan hangat. Tidak hanya sebagai tempat tinggal, rumah di Desa Adat Limbungan adalah karya seni hidup yang menari bersama alam.
Penduduknya tak hanya membangun rumah, tapi juga membangun kehidupan yang tenggelam dalam adat dan budaya. Setiap langkah, setiap ritus, menjadi jejak yang menghubungkan masa lalu dan sekarang.
Sirkulasi udara yang mengalir melalui celah-celah dinding bambu menciptakan ruang yang sejuk, membawa penghuni dan pengunjung dalam harmoni dengan alam.
Desa Adat Limbungan, dengan ketinggian sekitar 750 mdpl, merangkum keindahan alam dalam satu sentuhan mata. Perbukitan memayungi sawah terasering yang membelah, dan ketika langit cerah,
Selat Alas memperlihatkan diri dari kejauhan. Bukit Pepadak Aik Pait, dengan sabananya yang menakjubkan, menjadi ajang petualangan bagi para pendaki yang ingin merasakan gemuruh alam.
