Jokowi Sebut Negara Lain Tak Sanggup Tahan Subsidi BBM Rp502 Triliun: Alhamdulillah, Kita Masih Kuat

- 4 Agustus 2022, 05:29 WIB
Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi. /Antara/

BERITA MANDALIKA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta semua pihak untuk bersyukur dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi Pertalite yang masih terjangkau.

Sebab, pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk mensubsidi BBM tersebut.
Subsidi BBM dari APBN mengalami peningkatkan signifikan menjadi Rp502 triliun, dari sebelumnya Rp170 triliun.
"Semua pihak harus bersyukur karena sampai saat ini Indonesia masih sanggup memberikan subsidi kepada rakyat sehingga harga BBM, khususnya Pertalite, masih bisa dijangkau," kata Jokowi dikutip beritamandalika.com dari Antara pada Selasa, 2 Agustus 2022.
Jokowi turut membandingkan harga BBM jenis Pertalite yang dibanderol lebih mahal ketimbang di Indonesia.
"Kalau bensin di negara lain sekarang harganya (dalam kurs rupiah) ada di sekitar Rp31.000-Rp32.000. Di Indonesia, Pertalite hanya di harga Rp7.650 (per liter)," katanya.
"Tapi juga perlu kita ingat itu semua karena subsidi terhadap BBM yang sangat besar," sambungnya lagi.
Menurut Jokowi, negara manapun tidak akan mampu memberi subsidi yang besar seperti itu.
"Tapi alhamdulilah, sekarang kita masih kuat menahannya hingga hari ini. Ini yang patut kita syukuri bersama-sama," tutur dia.
Selain subsidi untuk kebutuhan energi, pemerintah juga akan terus memberikan subsidi di sektor pangan.
Upaya tersebut dilakukan dalam rangka menahan kenaikan harga pangan di domestik karena tekanan di rantai pasok pasar global.
"Di negara lain (harga) sudah naik 30 persen, 40 persen hingga 50 persen. Semuanya naik. Karena apa? Mereka yang makan gandum, baik di Asia, Afrika, Eropa, sekarang berada di posisi yang sangat sulit, sudah mahal, barangnya bahkan tak ada," ujarnya.
Jokowi mengungkapkan, Indonesia saat ini tengah dalam tahap pemulihan dari pandemi Covid-19, namun kini dihadapkan kembali pada tantangan lain akibat konflik Ukraina dan Rusia.
"Baru akan melakukan pemulihan (dari pandemi Covid-19) tapi muncul sesuatu yang tidak diperkirakan sebelumnya. Sakitnya belum sembuh muncul yang namanya perang di Ukraina, sehingga semuanya menjadi bertubi tubi menyulitkan semua negara, hampir semua negara pada posisi yang sangat sulit," tandasnya.***

 

Editor: Abdul Karim

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah