Banjir Garut Menyebabkan 19.546 Jiwa Terdampak, BNPB Ungkap Penyebabnya

- 27 Juli 2022, 18:01 WIB
Kondisi usai banjir bandang Garut.
Kondisi usai banjir bandang Garut. /Antara/Novrian Arbi/

BERITA MANDALIKA - Bencana banjir dan tanah longsor melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Garut pada 15 Juli 2022.Sebanyak 19.546 jiwa terdampak mengungsi di 12 titik pengungsian karena dampak banjir Garut dan tanah longsor.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan penyebab bencana banjir Garut dan tanah longsor yang terjadi pada 15 Juli silam.
BNPB menjelaskan bencana tersebut karena terjadinya penyempitan badan sungai dan menjadi faktor utama atas musibah ini.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan faktor utama banjri Garut adalah terjadinya penyempitan badan sungai. Kesimpulan itu didapat berdasarkan pantauan survei udara melalui pesawat tanpa awak.
Penyempitan badan sungai ini, menjadi catatan penting untuk dilakukan mitigasi jangka panjang.
"Penyempitan badan sungai tersebut berdasarkan pantauan survei udara melalui pesawat nirawak," ujarnya, dikutip dari Antara.
Abdul menuturkan meski terdapat tanggul yang melindungi pada sungai, namun pada sisi debit hulu ekstrem, tanggul tidak mampu lagi menahan luapan air.
BNPB mendorong pemerintah daerah melakukan penanaman dan penghijauan kembali sebagai solusi jangka panjang agar terhindari dari bencana serupa di masa mendatang.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan, pola kejadian bencana di Kabupaten Garut mengikuti musim hujan.
Kabupaten Garut terletak dikelilingi perbukitan dengan kecuraman cukup tinggi. Menurut Abdul, ekosistem di daerah perbukitan ini yang harus dijaga agar daerah resapan air di hulu dan daerah aliran sungai yang terkonservasi dengan baik bisa mengurangi risiko bencana banjir.
Berdasarkan catatannya, Garut mengalami grafik kejadian bencana yang cukup tinggi. Sejak 2012 hingga 2022 tercatat bencana tanah longsor terjadi sudah sebanyak 116 kejadian, disusul bencana banjir dan puting beliung.
"Selain intensitas hujan cukup tinggi, tutupan lahan hijau di daerah hulu juga makin berkurang. Lewat citra satelit yang dihitung mulai tahun 2000 sampai 2022, daerah resapan air makin menipis," ujarnya.***

 

Editor: Abdul Karim

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x