BERITA MANDALIKA - Metaverse belakangan ini menjadi pusat perhatian dalam dunia digital. Bagaimana tidak, teknologi metaverse ini digadang-gadang akan menjadi ‘dunia kedua’ bagi umat manusia.
Sejumlah perusahaan mempertimbangkan dengan serius untuk mengembangkan teknologi metaverse pada bisnisnya. Selain itu, metaverse juga merupakan peluang bisnis digital yang sangat menguntungkan.
Technavio yang merupakan perusahaan riset dan teknologi, mengungkapkan bahwa pasar metaverse akan melonjak hingga $50 miliar atau sekitar Rp 750 triliun pada tahun 2026.
Dalam laporan berjudul ‘Metaverse Market In Finance By Component and Geography-Forecast and Alanysis 2022-2026’, Technavio menganalisis metaverse dari dua sudut pandang, yaitu perangkat lunakndan perangkat keras, serta melalui dampaknya terhadap berbagai wilayah geografis.
Hasil dari analisis tersebut adalah 32% pertumbuhan regional akan datang dari kawasan Amerika Utara dimana Kanada dan Amerila Serikat sebagai pemimpin. Selain itu negara konsumen utama lainnya termasuk Tiongkok dan Jerman.
Dukungan utama dari Jerman dna Amerika Serikat tidak lain karena peringkat adopsi crypto global dua negara itu meningkat signifikan dikutip Beritamandalik.com dari postingan instagram @helomateverseid
Metaverse seakan sudah menjadi hal serius yang harus dipertimbangkan oleh suatu negara. Salah satu negara yang memiliki minat tinggi terhadap metaverse adalah Uni Emirat Arab (UEA).
Pada Juli 2022, UEA telah meluncurkan strategi Metaverse Dubai untuk menjadi salah satu dati 10 ekonomi metaverse teratas.
Dari hasil laporan juga menyebutkan bahwa tingkat pertumbuhan pasar metaverse per tahunnya mencapai 21%.
Laporan Technavio juga menyoroti aplikasi metaverse terkemuka. Menurutnya terdapat 7 dompet metaverse teratas, yaitu Meta Mask, Enjin Wallet, Coinbase, Math Wallet, Alpha Wallet, Coinomi, dan Trust Wallet.***