4 Motif Tenun Khas NTB Ini Sudah Diiventarisasikan Jadi KI Komunal. Apa Saja?

- 26 Desember 2022, 20:39 WIB
Ilustrasi Pembuatan Kain Tenun Khas Lombok
Ilustrasi Pembuatan Kain Tenun Khas Lombok /kemenparekraf.go.id

BERITA MANSALIKA - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki beragam motif tenun yang khas di setiap kabupaten. Di beberapa desa wisata di NTB juga terdapat sentra kerajinan tenun.

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 Desember 2022, tenun khas NTB dipamerkan melalui ajang Lombok Sumbawa Tenun Festival, dimana pada ajang tersebut, tenun-tenun khas NTB dikenakan oleh para model.

Tenun NTB merupakan salah satu karya budaya yang harus dilestarikan, dan pada tanggal 1 September 2022 lalu, Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual (DJKI) menyerahkan 4 surat pencatatan inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) untuk motif tenun NTB.

Ada 4 motif tenun NTB yang sudah diinventarisasi oleh DJKI berikut ini :

1. Motif Wayang Kulit Lombok

Pertunjukan wayang kulit sangat digemari masyarakat suku sasak pada zaman dahulu. 

Biasanya, pertunjukan wayang kulit tersebut menceritakan sejarah perang Lombok, dan sebagai sarana penyampaian program-program pemerintah.

Hampir di setiap acara selalu menghadirkan pertunjukan wayang kulit Lombok. hal inilah yang menjadi awal kemunculan motif ini pada kain tenun.

2. Motif Kerate

Kerate merupakan sebutan lain dari Keker atau Merak, yang merupakan adaptasi dari bahasa Bali.

Motif tenun ini tercipta pada masa Raja Karang Asem bertahta di Pulau Lombok.

Jika diartikan, Kerate adalah ayam hijau Lombok yang memiliki suara yang sangat khas. Konon, Kerate adalah salah satu ayam hutan terbaik di Indonesia.

3. Motif Bintang Empat

Motif bintang empat ini tercipta karena pada zaman dahulu para penenun terinspirasi dari banyaknya bintang di langit pada malam hari.

Motif tenun ini biasanya digunakan pada pakaian adat Lombok. 

Pada wanita biasanya digunakan sebagai bawahan, sedangkan untuk pria biasanya digunakan sebagai Sapuq atau kain pengikat kepala suku sasak.

4. Motif Subahnale

Motif Subahnale memiliki tingkat kerumitan yang tinggi. Para penenun harus bersabar dan berserah diri kepada Tuhan agar proses menenun berjalan lancar.

Para penenun akan mengucapkan Subahanallah ketika selesai menenun, atau dalam dialek Sasak diucapkan Subahnale.

Motif ini pertama kali digunakan pada masa pemerintahan Raja Panji Sukarara dan Dinde Terong Kuning.

Surat pencatatan inventarisasi KIK untuk 4 motif tenun NTB ini diserahkan langsung oleh Plt. Dirjen Kekayaan Intelektual, Razilu, kepada Kepala Biro Hukum Pemprov NTB, Ruslan Abdul Gani pada 1 September 2022.

Keempat motif tenun tersebut bisa dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi kreatif di NTB, khususnya UMKM dalam membuat produk yang berkualitas dan memiliki ciri khas

Plt. Dirjen Kekayaan Intelektual, Razilu, mengatakan bahwa produk lokal yang hanya bisa diproduksi oleh masyarakat NTB ini akan memiliki keunikan yang tidak bisa dimiliki daerah lain, dan juga akan menjadi branding nasional bagi Indonesia.

Dengan ini, Provinsi NTB sudah memiliki 85 KIK yang sudah diinventarisasi.***

Editor: Hayyan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah