Ayam Taliwang, Tak Sekadar Kuliner, Sebuah Filosofi Perdamaian

- 18 Juli 2023, 08:07 WIB
Ilustrasi. Kuliner Lombok ayam taliwang penuh makna filosofis perdamaian saat zaman kerajaan dulu.
Ilustrasi. Kuliner Lombok ayam taliwang penuh makna filosofis perdamaian saat zaman kerajaan dulu. /YouTube/Devina Hermawan

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT – Bali punya kuliner khas ayam betutu, maka suku Sasak, memiliki ayam taliwang yang tidak kalah lezatnya.

Ayam taliwang merupakan kuliner khas suku Sasak, penduduk asli yang merupakan etnis mayoritas terbesar di Lombok, Nusa Tenggara Barat, ini terbuat dari ayam kampung muda.

Ayam itu lalu dibumbui pelecingan dan pelalah yang menghadirkan cita rasa yang kuat.

Jika ingin ayam taliwang dengan rasa yang lebih pedas, maka menggunakan bumbu pelecingan yang dibuat dari cabai merah kecil, terasi, garam, dan kemiri, bisa menjadi pilihan.

Baca Juga: Lebih dari 823 Ribu Jumlah TPS Untuk Pemilu 2024, NTB Saja 16 Ribu Lebih

Sedangkan bumbu pelalah yang rasanya tidak terlalu pedas terbuat dari santan dan sedikit terasi lalu digoreng bersama ayam yang sudah dipotong.

Ayam taliwang biasanya disajikan dengan nasi putih hangat, pelecing kangkung dan beberoq (lalapan terong, mentimun, dan bawang merah yang dirajang lalu dicampur dengan bumbu sambal tomat). Selain dibakar, ayam taliwang juga bisa digoreng.

Dilansir dari laman resmi Kebudayaan Kemendikbud Republik Indonesia dan indonesia kaya, dinamakan ayam taliwang karena masakan ini pertama kali memang diperkenalkan oleh masyarakat Karang Taliwang, Mataram, pada masa perang antara Kerajaan Selaparang dan Kerajaan Karang Asem, Bali.

Pada masa itu, suku Sasak yang mayoritas beragama Islam, menempati sebagian besar Lombok.

Sedangkan orang Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu, merupakan kelompok etnis terbesar setelah suku Sasak, menempati wilayah Lombok Barat dan Lombok Tengah

Dalam Pemberontakan Rakyat Sasak Terhadap Kerajaan Bali di Lombok, 1891-1894, yang ditulis oleh Mohammad Tanwir pada laman repository.uinjkt.ac.id/, orang-orang Bali di daerah Lombok adalah keturunan dari Kerajaan Karangasem.

Baca Juga: Revitalisasi Pantai Ampenan, Pemkot Mataram Usulkan Anggaran Rp21 Miliar ke Kemenparekraf

Kedatangan etnis Bali di daerah Lombok mulai berlangsung pada abad ke-17 M, di bawah koordinasi kerajaan Karangasem, Bali, yang mengirim pasukan pendahulu yang beragama Islam di bawah kepemimpinan Patih Arya Sudarsana di Kerajaan Selaparang bagian timur.

Kedatangan pasukan pendahulu yang beragama Islam ini tidak menimbulkan simpati di hati masyarakat Sasak yang mayoritas juga beragama Islam.

Sebaliknya, malah menimbulkan konflik antara Patih Arya Sudarsana dengan pihak Kerajaan Selaparang yang mengarah pada peperangan.

Pasukan Patih Arya Sudarsana akhirnya terdesak keluar dari wilayah Kerajaan Selaparang berkat adanya bantuan dari pasukan Sumbawa di bawah kepemimpinan Amasa Samawa pada 1723-1725 M.

Bekas prajurit Sumbawa ini lalu memilih untuk menetap di Lombok dan menjadi cikal bakal dari penduduk Desa Jantuk, Saren Rembuk, Kuang Berore, Moyot, Kembang Kerang, yang berbahasa Taliwang dan saat ini berada di wilayah Lombok Timur.

Baca Juga: Terlalu Banyak Kerja Berisiko Terkena Stroke, Waspadalah!Baca Juga: Terlalu Banyak Kerja Berisiko Terkena Stroke, Waspadalah!

Patih Arya Sudarsana dan pasukannya sendiri menyingkir dan bergabung dengan Kerajaan Pejanggik dan menyebabkan putusnya hubungan antara Kerajaan Pejanggik dan Kerajaan Selaparang sebagai kerajaan induk, sekaligus menguntungkan Kerajaan Karangasem, Bali.

Melansir laman resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id, untuk membantu usaha perdamaian dengan Kerajaan Karangasem, pasukan dari Kerajaan Taliwang pun didatangkan oleh Kerajaan Selaparang.

Pasukan ini menempati daerah yang disebut Karang Taliwang dan memiliki tugas untuk melakukan pendekatan pada Raja Karangasem agar pertempuran bisa diakhiri dengan damai.

Hal ini juga dilakukan agar peperangan yang banyak menimbulkan kerugian harta benda dan nyawa ini tidak terus berlanjut.

Bergabung dalam misi perdamaian tersebut antara lain adalah para pemuka agama Islam, juru masak, dan juru kuda yang masing-masing memiliki tugas berbeda.

Misalnya saja juru masak yang bertugas untuk menyiapkan logistik bagi para pemimpin perang serta prajurit.

Baca Juga: Usulan Dana 180 Miliar Untuk Pilkada Serentak 2024 Masih Ditinjau Pemprov NTB

Salah satunya, tugas mereka adalah menyiapkan ayam pelalah manok yang dibakar dengan bumbu-bumbu tertentu yang dihasilkan dari alam sekitar.

Seperti bawang putih, bawang merah, terasi, cabai, dan garam, yang diolah sesuai dengan selera etnis Sasak Lombok yang menyukai rasa pedas.

Ayam pelalah manok ini biasanya dihidangkan pada saat upacara adat atau keagamaan suku Sasak.

Ayam pelalah manok inilah yang menjadi cikal bakal ayam taliwang yang kita kenal sekarang.

Kuliner khas Lombok ini sendiri mulai dikenal luas sekitar tahun 1960-an saat salah seorang warga Karang Taliwang menjual nasi ayam pelalah yang akhirnya lebih dikenal dengan sebutan ayam taliwang, sesuai dengan nama daerah tersebut.

Tak hanya terkenal di Lombok, menu ayam taliwang ini sekarang bisa dengan mudah ditemui di berbagai restoran di kota-kota besar.***

Editor: Dani Prawira

Sumber: Kemendikbud Berbagai Sumber Indonesia Kaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x