Pulau Maringkik: Antara Bahasa Bugis, Tradisi Sasak, dan Keindahan Tersembunyi di Lombok Timur

2 Desember 2023, 08:21 WIB
Pulau Maringkik: Antara Bahasa Bugis, Tradisi Sasak, dan Keindahan Tersembunyi di Lombok Timur /BPPD NTB/

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Pulau Maringkik, sebuah permata tersembunyi di Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, bukan hanya menawarkan keindahan alam yang luar biasa, tetapi juga mempersembahkan keunikan budaya dan tradisi yang memikat.

Mayoritas penduduk Pulau Maringkik adalah Nelayan Suku Bajo, ahli berlayar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya maritim Indonesia.

Berbeda dengan Suku Bajo yang menjalani gaya hidup nomaden di atas perahu, mereka memilih menetap di pulau ini, menjadi bagian dari masyarakat Lombok.

Bahasa sehari-hari di Pulau Maringkik menciptakan harmoni antara Bahasa Bugis dan Bahasa Sasak.

Dalam keberagaman ini, meskipun terdengar berbeda, warga setempat mampu memahami satu sama lain, menciptakan keindahan linguistik yang menggambarkan kerukunan di antara suku-suku yang berbeda.

Desa ini juga dikenal sebagai "Pulau Tenun" karena keahlian menenun yang dimiliki terutama oleh wanita.

Kain tenun mereka menggabungkan tradisi Sasak dan Bugis, menciptakan hasil kerajinan unik yang memperkaya kekayaan budaya Lombok.

Meskipun Pulau Maringkik terletak hanya 5 menit dari Pantai Pink, tempat ini masih relatif sepi dari kunjungan wisatawan.

Keindahan pantai biru toska dan spot alam yang mirip dengan Angels Billabong di Bali membuatnya menjadi surga tersembunyi.

Bagi penggemar bawah laut, Pulau Maringkik menawarkan keindahan terumbu karang dan kehidupan laut yang menakjubkan, termasuk ShipWreck peninggalan Portugis yang kini menjadi tempat istana bagi berbagai jenis ikan dan terumbu karang.

Gili Pasir Panjang, pulau pasir yang muncul saat air surut, menambah keajaiban pulau ini. Dengan air jernih dan dangkal, Gili ini menjadi tempat ideal untuk berenang dan snorkeling.

Meski fasilitas wisata belum berkembang, para pengunjung dapat menginap di rumah-rumah warga dan merasakan kehidupan lokal.

Pada sore hari, para pria desa memulai kegiatan "Ngerakat" atau "Pongkak," mencari ikan hingga beberapa hari.

Sementara itu, para wanita menjaga tradisi Menciro, meminta ikan dari nelayan yang lewat, menunjukkan kebersamaan dan kekompakan komunitas.

Pulau Maringkik, dengan keunikan bahasa, tradisi, dan keindahan alamnya, bukan hanya destinasi wisata biasa.

Ini adalah perjalanan budaya dan pengalaman lokal yang menarik, membiarkan pengunjung terlibat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang penuh warna di salah satu pulau terpadat di dunia. ***

Editor: Hayyan

Tags

Terkini

Terpopuler