Network
MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Suhartoyo, Hakim Konstitusi yang melangkah dari Panggung Pengadilan Tinggi Denpasar, memiliki perjalanan yang tak terduga dalam dunia hukum. Terlahir dari keluarga sederhana, tak pernah terbayangkan olehnya menjadi seorang penegak hukum. Awalnya berminat pada ilmu sosial politik, ia bermimpi bekerja di Kementerian Luar Negeri. Namun, kegagalannya di jalur tersebut membawa berkah ketika ia menemukan kecintaannya pada ilmu hukum.
Pada 1986, Suhartoyo memulai perjalanan sebagai calon hakim di Pengadilan Negeri Bandar Lampung. Perjalanan kariernya membentang dari Hakim PN Curup hingga Hakim pada Pengadilan Tinggi Denpasar, mengukir jejaknya di berbagai kota dan posisi. Suhartoyo bukan hanya seorang hakim yang berdedikasi, tetapi juga telah menjabat sebagai Wakil Ketua dan Ketua di berbagai Pengadilan Negeri.
Ketika takdir membawanya ke Mahkamah Konstitusi, tempat yang sama sekali baru, Suhartoyo menemukan tantangan yang unik. Perbedaan kewenangan antara Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung mengharuskannya beradaptasi. Namun, semangat belajar dan dukungan dari rekan hakim konstitusi membantu Suhartoyo menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Meskipun terlibat dalam kontroversi pemilihan oleh Mahkamah Agung, Suhartoyo memilih untuk percaya pada panitia seleksi. Ia melewati tahapan fit and proper test dengan keyakinan bahwa integritas dan kompetensinya telah diuji. Mengenai isu-isu yang menghantui, seperti kasus Sudjiono Timan, Suhartoyo memberikan klarifikasi yang tegas dan meyakinkan.
Berawal dari lingkungan sederhana, Suhartoyo tidak terlalu bergantung pada jabatan atau posisinya. Baginya, kenyamanan justru ditemukan dalam menjadi "orang biasa." Dukungan keluarganya, meskipun sempat ragu saat kontroversi mencuat, memberikan kekuatan dan tekadnya untuk menjalankan tugas sebagai Hakim Konstitusi.***
