MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Dalam setiap kesempatan, calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin), kerap menyelipkan kata "slepet." Meskipun sering terdengar di sesi debat cawapres, Cak Imin tidak hanya menggunakan kata ini dalam konteks politik, melainkan juga di lingkungan pesantren.
Menurut Cak Imin, kata "slepet" memiliki makna khusus yang terkait dengan tindakan yang kerap dilakukan di lingkungan pesantren, yaitu menyabetkan sarung kepada seseorang. Dalam pandangannya, slepet memiliki peran yang sangat penting.
"Slepet itu seperti sarung yang saya bawa ini, di kalangan santri bisa membangunkan yang tidur, menggerakkan yang loyo, dan sekaligus mengingatkan yang lalai," ungkap Cak Imin melalui Youtube Kompas TV.
Bagi Cak Imin, slepet bukan sekadar tindakan fisik menyabetkan sarung, melainkan simbol disrupsi atau perubahan besar. Dia menyatakan bahwa disrupsi adalah awal dari perubahan, dan memberikan ilustrasi dengan menyebut jumlah orang Indonesia yang memiliki kekayaan di atas 100 juta lebih dari 100 orang dari total jumlah penduduk Indonesia.
Cak Imin menilai situasi ini tidak adil, dan menegaskan perlunya "menylepet" atau melakukan perubahan besar untuk menciptakan keadilan. Dengan demikian, kata "slepet" dalam konteks Cak Imin menjadi simbol perubahan dan disrupsi menuju keadaan yang lebih adil.
Sedangkan arti kata dalam bahasa Indonesia, kata "Slepet" mempunyai arti ditarik. ***