Terdata Hanya 102 Ekor, Celepuk Rinjani Si Burung ‘Mpok’ Satwa Endemik Lombok Terancam Punah

29 Juli 2023, 08:47 WIB
Celepuk rinjani yang terancam punah. Masyarakat suku Sasak menyebutnya "Mpok". /tangkap layar Instagram BTNGR/

MANDALIKA PIKIRAN RAKYAT - Salah satu satwa unik khas Pulau Lombok yaitu celepuk rinjani (Otus jolandae).

Celepuk rinjani merupakan spesies burung hantu yang berukuran lebih kecil dari jenis burung hantu lainnya.

Masyarakat Pulau Lombok biasanya menyebutnya dengan nama lokal "Mpok".

Habitat celepuk rinjani berada di hutan-hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan tersebar di daerah Pulau Lombok.

Baca Juga: Jualan Lewat Streaming Makin Marak, Giliran Ruben Onsu Gabung Shopee Live

Namun sangat disayangkan, dilansir Instagram BTNGR, saat ini celepuk rinjani merupakan salah satu spesies yang memiliki status Near Threatened (hampir terancam punah) menurut Redlist IUCN.

Pada tahun 2022, dugaan populasi celepuk rinjani di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani berjumlah sekitar 102 ekor.

Dilansir dari wanaswara.com, penemuan celepuk rinjani ini bermula ketika George Sangster dan Jolanda A Luksenburg pada September 2003 berkunjung ke kaki Gunung Rinjani di daerah Sapit, Lombok Timur.

Saat itu, mereka berdua mendengar suara burung hantu. Kemudian mereka berdua mencocokkan suara tersebut dengan rekaman suara dari burung hantu jenis lain di beberapa daerah di sekitar Lombok.

Mereka menyimpulkan bahwa suara burung hantu yang mereka dengar berbeda dari jenis lain. 

Baca Juga: Pemkab Lombok Utara Dapat Suntikan Dana Rp61 Miliar Untuk Bangun Jalan Lingkar Utara

Beberapa hari setelahnya, Ben F King, seorang peneliti dari American Museum of Natural History berkunjung ke Gunung Rinjani.

Ia juga menjumpai dengan spesies yang sama, seperti yang didengar oleh George Sangster dan Jolanda A Luksernburg sebelumnya.

Dia menyimpulkan bahwa jenis yang ia dengar berbeda dengan jenis lain yang ada. 

Berbekal rekaman suara dari George Sangster, dua peneliti dari Belgia, yaitu Philippe Verbelan dan Bram Demeulemeester mengunjungi Gunung Rinjani pada tahun 2008.

Mereka berdua berhasil memotret dan merekam jenis burung yang sama. Peneliti terakhir, yaitu Jan Van der Laan pada tahun 2011 merekam suara dari jenis yang sama di hutan sekunder Lombok Barat. 

Berdasarkan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2019, celepuk rinjani masuk dalam kategori mendekati terancam.

Hal tersebut disebabkan oleh penebangan liar dan alih fungsi kawasan di Taman Nasional Gunung Rinjani.

Jika hutan berkurang, maka secara otomatis celepuk rinjani kekurangan pasokan makanan yang berasal dari hutan.

Alih fungsi lahan menjadi satu-satunya ancaman kepunahan burung ini.

Baca Juga: Makan Anggur Bisa Kurangi Risiko Hipertensi, Jantung Koroner dan Stroke, Simak Juga Manfaat Lainnya

Dari hasil penelitian yang ditulis dalam jurnal yang berjudul “A New Owl Species of The Genus Otus (Aves: Strigidae) from Lombok, Indonesia”, para peneliti menyimpulkan bahwa celepuk rinjani memiliki beberapa perbedaan dengan jenis burung hantu lain.

Perbedaan yang pertama bisa dilihat dari suara. Fauna ini memiliki suara teritorial, yaitu suara yang menandakan daerah kekuasaan.

Suaranya yang khas terdengar berbunyi “mpok” dengan siulan dalam satu variabel.

Karena suaranya itu, masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan sebutan burung mpok.***

Editor: Dani Prawira

Sumber: Instagram wanaswara.com BTNGR

Tags

Terkini

Terpopuler