Prihal Joki Cilik Balapan Kuda di Sumbawa, Ini Tanggapan Bang Zul

24 Juni 2022, 11:08 WIB
Joki cilik dalam arena balapan kuda /ntbprov.go.id/ /

BERITA MANDALIKA - Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah menyatakan bahwa ia tidak setuju dengan adanya joki cilik.

 

Zulkieflimansyah menerangkan bahwa pacuan kuda tradisional, sudah melekat jokinya oleh anak-anak, sehingga menjadi tradisi yang telah mengkultur ditengah masyarakat sejak dulu. Maka dibutuhkan proses untuk mengubahnya.

 

"Memperbaiki tradisi tidak bisa serta merta, tapi butuh proses," kata Bang Zul sapaan Gubernur NTB, di acara penutupan lomba pacuan kuda sebagai bagian dari side event untuk memeriah MXGP Samota, di desa Penyaring, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Rabu (22/6/2022).

 

Lebih lanjut Bang Zul menjelaskan, bahwa ia sering melihat pacuan kuda diluar negeri. Sehingga ditegaskannya bahwa tidak setuju dengan adanya joki cilik. Namun keberadaan joki cilik yang identik dengan pacuan kuda masyarakat Sumbawa, Dompu dan Bima ini sudah dianggap hal yang biasa oleh masyarakat lokal setempat.

 

Hal tersebut dikarenakan juga oleh ukuran dan jenis kuda di Pulau Sumbawa yang dilombakan oleh masyarakat, merupakan jenis dan ukuran kuda yang kecil, sehingga cocok untuk ditunggangi oleh joki anak-anak. Kalau ditunggangi oleh joki dewasa maka kudanya tidak akan mampu berpacu.

 

Oleh sebab itu, berbagai upaya yang terus dilakukan oleh pemerintah, termasuk melalui Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI). Salah satunya memperketat aturan untuk jenis dan ukuran kuda. Dalam olahraga pacuan kuda, sudah memiliki kelas-kelas pacuan. Kelas F untuk dewasa dengan ukuran kuda yang besar juga.

 

Sehingga tambah Bang Zul, bahwa tradisi pacuan kuda di Pulau Sumbawa, tidak hanya berbicara adat dan budaya serta kearifan lokal masyarakat setempat. Akan tetapi ada banyak aspek yang ada didalamnya. Salahsatunya aspek sosial kemasyarakatan. 

 

"Secara turun temurun, keluarga pemilik kuda ini terus menjaga silaturahmi para leluhurnya, baik di arena pacuan dan diluar kehidupan sehari-hari. Ini yang unik di tradisi pacuan kuda," ungkap Bang Zul.

 

Begitupun sektor ekonomi kemasyarakatan juga bergerak. Puluhan UMKM dan pedagang yang berjualan dan saling membutuhkan di arena pacuan kuda. Ini menjadi sektor penggerak ekonomi masyarakat selama beberapa hari pelaksanaan lomba tersebut.

 

Selain itu, Bang Zul menjelaskan bahwa keberadaan joki cilik ini juga merugikan bagi anak-anak dari aspek pendidikannya. Apalagi saat musim pacuan kuda ini berlangsung Seminggu bahkan lebih, praktis banyak yang tidak masuk sekolah. 

 

Untuk itu, pemerintah daerah sudah mengaktifkan sekolah malam, untuk para joki cilik yang tertinggal pelajaran disekolahnya. Ada guru yang ditugaskan untuk mengajar selama perlombaan berlangsung.

 

"Sehingga para joki tidak tertinggal dalam hal pendidikan. Karena pendidikan penting untuk masa depan mereka," tutur Bang Zul.

 

Untuk merubah joki cilik dan pacuan kuda yang sudah mengakar di kehidupan masyarakat ini menjadi tantangan tersendiri. 

 

"Kita sedang berbicara dengan para komunitas kita yang paling bawah. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, karena kalau bahasanya berlebihan tidak mungkin. Karena semakin dilarang akan tetap juga dilakukan. Jadi intinya memang butuh proses," tandas Bang Zul.***

Editor: Hayyan

Sumber: ntbprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler